.

Jika Garam kita rubah...

Rabu, 21 Oktober 2009


Pernah lihat garam kotak (bukan bubuk)?
Sewaktu di Pesantren, ane dan teman-teman pernah diberikan satu kotak garam, seuntai tali dan sebuah paku agak besar oleh ustadz ane. beliau mengatakan bahwa kami kudu membuat sesuatu yang berguna dari bahan dasar garam itu. tepatnya, jadikanlah garam itu berbentuk apa aja-terserah imajinasi masing-masing. Dan kami diberi waktu hanya 10 menit.

waktu itu kami di bagi menjadi tiga kelompok-masing-masing kelompok terdapat 3 orang santri. Lalu kami pun membuat sesuatu dari garam tersebut-memang agak susah karena kami kudu hati-hati sekali agar garam tersebut tidak patah.

Waktu pun habis, lalu kami menyerahkan karya-karya kami. Ada yang berbentuk kopiah, mobil perang dan yang paling lucu ada yang membuat spiteng (wc).

Yang membuat kopiah berargumentasi: bahwa kopiah itu banyak manfaatnya selain bisa di pake ibadah, kopiah juga bisa melindungi dari sengatan matahari dan bisa menutupi muka jika kantuk menyerang tiba-tiba. sang ustadz hanya tersenyum lebar sementara kami terbahak-bahak.

Lalu, yang membuat mobil perang berargumen: dengan mobil perang kita bisa mengalahkan musuh secara instan dan bisa melindungi kita dari serangan musuh terutama sniper. sang ustadz pun kembali tersenyum dan sedikit geleng-geleng kepala.

nah giliran kelompok ane yang hanya membuat spiteng atau wc, argumennya: bahwa dengan adanya alat tersebut kita bisa leluasa membuang semua kotoran kita tidak perlu lagi mencari-cari tempat di semak belukar atau samping rumah. dan tentunya tidak akan menganggu orang-orang sekitar. kembali sang ustadz sedikit mengerutkan alisnya namun kemudian ia tersenyum.

Kemudian, ustadz ane itu memberikan penjelasan kepada kami bahwa semua karya dan alasan/argumen kami semuanya benar. Namun, kata beliau bahwa yang sebenarnya ingin disampaikan di garam tersebut adalah Garam ya tetap garam, kita tidak bisa menjadikan garam itu menjadi sesuatu yang kita kehendaki. karena garam itu sendiri sudah bermanfaat, bisa buat masak, penyedap masakan, pengusir ular, dll. Nah, jika garam dibuat menjadi topi-coba mana ada orang yang mau pake topi yang terbuat dari garam (ga bisa ngebayangin klw lagi musim hujan).

Terus, garam juga tidak bisa kita buat menjadi mobil perang, karena sekuat-kuatnya besi atau baja jika di bom terus menerus hancur juga apalagi garam?

Kemudian, dijadikan spiteng atau wc, bisa-bisa bakteri atau cacing yang bertugas meleburkan kotoran-kotoran kita pada demo karena keasinan. (kami pun serentak hanya bisa nyengir bak kuda baru ketemu sang kekasih)

Jadi, intinya adalah garam ya tetap garam, kita tidak bisa merubah garam menjadi apa-apa karena itu adalah kodratnya garam.

begitu juga dengan kehidupan ini. kita tidak mungkin bisa merubah sesuatu yang sudah pasti dari ALlah semisal maut, jodoh dan rejeki kita.

"dan ALLAH tidak akan merubah nasib suatu kaum shg kaum itu sendiri yg merubahnya"coba kita pelajari dari garam itu sendiri.garam sbg bahan dasar kita ibaratkan manusia.memang dari contoh yg ditampilkan semua masih dalam bentuk asli.
tapi itu mengandung arti manusia sampai kapanpun ya manusia...
nggak bisa berubah jadi hewan,jin, dewa ataupun tuhan.... bukan dalam artian takdir yg digariskan ALLAH.
NAH coba kita analisa sekarang dari segi sifatnya
jika garam kita masukin ke air sambil dikasih es maka bisa untuk bikin es krim.kita ambil garam yg kotak tadi untuk nglempar orang bisa juga.
kita ceburin ke sayur maka sayurnya jadi nikmat.
garam kita hancurin bisa untuk madamin kebakaran.
bisa untuk bikin ikan asin...dsb
nah disinilah kita bisa mengambil pelajaran dari contoh yg saya jelaskan ternyata ada yg berguna dan ada yg nggak berguna...........artinya sbg manusia disinilah kita diajarkan untuk berusaha seperti ayat diatas....sesuai yg anda cita2kan bukan sifat apatis pasrah....tapi ihtiar....doa.....baru pasrah sama GUSTI ALLAH

0 Comments:

Posting Komentar

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda FazaniDistributed by CahayaBiru.com
 
FaceBlog © Copyright 2009 Najid Al Ghozi | Blog saya yang lain Islam Bukan Teroris